by

Petani Kecil Tak Butuh Selembar Kertas Piagam Penghargaan

PARITTIGA — Ada pepatah ‘Si Pungguk Merindukan Bulan’. Pepatah ini tidak sempat dipikirkan oleh petani kecil di daerah Parittiga Kabupaten Bangka Barat yang notabene terbatas modal dalam berkebun sahang sahang (lada).

Jangankan menggapai bulan yang jaraknya begitu jauh, sekedar untuk merindukan bulan saja tidak terpikirkan.

Rupanya pepatah tersebut, sebagai ungkapan bahwa petani kecil yang selalu tekun berkebun sahang, tapi tidak pernah terpikirkan apalagi berharap untuk diberi piagam penghargaan oleh petinggi negerinya.

Tokoh Pemuda di Kecamatan Parittiga Hasbullah menerima keluhan dari banyak petani tentang hal tersebut.

Ia menuturkan, petani tidak sempat untuk berkhayal merindukam bulan, apalagi menggapai bulan.

Artinya, sekedar untuk mendapatkan pupuk saja, petani sudah berat dalam memikirkannya (karena modal terbatas), apalagi berpikir untuk diberi piagam penghargaan, itu tidak terlintas dalam benak pikiran petani.

“Bisa mendapatkan jatah pupuk bersubsidi saja sudah syukur, itu kalau dapet. Bagaimana mau dapet piagam penghargaan kebun terbaik, tanaman sahangnya saja justru selalu kekurangan pupuk, belum lagi sulit cari junjung, belum lagi mikir cari racun, belum lagi waktu untuk ngurus tanaman,” ujar Hasbullah kepada babarnews.com Kamis (5/12/2019).

Baca Juga :  Besok, Masyarakat Yang Tergabung Di ASTRADA dan LSM LASKAR BABAR Akan Mendatangi DPRD Provinsi Babel

Sebelumnya, Hasbullah juga memposting tentang respon petani di Parittiga, terkait acara pemberian piagam ke petani pemenang lomba kebun sahang terbaik.

Ini postingan Hasbullah di sosial media di akun facebooknya Selasa (3/12/2019) kemarin.

“Kemarin Ramai di kampung kami,orang no 1 di Babel datang berik penghargaan ke petani yg Kate e pemenang Lomba kebun sahang Terbaik.

Pak pejabat,,,petani tuh dak butuh selembar kertas yg Kate e name e piagam,,,yg petani butuh tuh bimbingan,dri Hulu ke Hilir.

Yg nama e kebangkitan lada tuh, Ketersediaan pupuk subsidi yg cukup,harga stabil sehingga biaya,waktu,& perwatan lada tuh sesuai dg Nilai jual e.

Tuh be harapan petani?”

Warga Parittiga Fitri menyebutkan, petani kecil yang berkebun sahang, sekarang tidak mudah mendapatkan hasil tanaman sahang yang terbaik.

Kendala utamanya adalah modal. “Modal petani kecil sungguh terbatas, memang dengan modal minim hasilnya akan baik, yang modal operasional dan biaya puouk, perawatannya besar saja belum tentu hasilnya akan baik, kalau hasil tanamannya baik itu wajar saja, karena semua kebutuhan tanaman terpenuhi, perawatan ekstra” ujarnya.

Baca Juga :  Andri Sulap Eks Tambang di Parittiga Jadi Sirkuit Grasstrack Taraf national

Diharapkan, pejabat di pemda di negeri ini, bisa membina petani kecil yang terbatas biaya operasional dan perawatannya, agar  sahangnya bisa menjadi tanaman yang baik.

“Petani juga berharap, para petinggi negeri ini bisa mendongkrak harga sahang. Kalau harga sahang mahal dan ada hasil untungnya (setelah biaya operasional perawatan tertutupi), maka nanti petani sahang yang akan memberi penghargaan ke pejabat itu,” katanya berkelakar.

Dengan harga sahang yang murah saat ini, petani tidak bisa berharap untung besar, yang diharapkan minimal modalnya bisa kembali.

“Kalau petani kecil minim modal,  mengharap tanaman sahangnya bagus dan optimal, hasil buah sahangnya juga berlebih, untuk saat ini kayaknya berat, terkecuali kalau harga sahang tidak pecah dari Rp 100 ribu atau kalau bisa harganya terdongkrak menjadi Rp 120 ribu, ya bagaimana mau ada kebangkitan lada, kalau harga sahang saja murah begini,” ujarnya.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *