by

TIPS KELOLA STRES, CEGAH CORONA

-Corona-1,751 views

Sejak Presiden Jokowi mengumumkan pasien positif corona pada tanggal 2 Maret yang lalu, seakan menjadi gerbang masuknya informasi secara masif tentang bahayanya virus corona.

Tercatat, belum 1 bulan, rilis pemerintah menyebutkan sampai tanggal 24 Maret, kasus positif corona melonjak jadi 686 kasus, dan kematian mencapai 55 orang. Merujuk data ini, tingkat kematian (mortality rate) kasus corona di indonesia mencapai 9,33 persen, lebih tinggi dari italia dengan kasus tertinggi nomor 2 yakni 9,25 persen dari 59.138 kasus dan melebihi rata-rata kematian secara global yakni 4,4 persen (rilis CNBC Indonesia, 23 maret 2020).

Di Provinsi Babel, kasus corona juga terjadi peningkatan. Walaupun belum ada yang positif (semoga tidak ada), namun orang dengan status ODP dan PDP kembali bertambah.

Peningkatan trend penyebaran ini, wajar saja jika dianggap sebuah “momok” yang menakutkan. Hampir disetiap keluarga, tempat kerja, komunitas, bahkan percakapan di media maya, bercerita tentang corona. Mulai dari sebaran kasus, dampaknya, korbannya, pencegahannya, dan lain sebagainya.

Penulis melihat, situasi ini saat erat kaitannya dengan psikologis manusia. Dampak psikologis itu dapat memicu stres yang berlebihan. Istilah stres dikemukakan oleh Hans Selye pada tahun 1936 sebagai “General Adaption Syndrome”. Selye mengungkapkan ada tiga tahapan dalam stres fisiologis.

Baca Juga :  Terkait Surat Rapid Test Palsu, Hp dan Rj Disangkakan Melanggar Pasal 263 Ayat 1 KUHP

Tahapan pertama adalah reaksi tanda bahaya yang disampaikan oleh panca indera. Tahapan ini memaksa otot mengencang dan menegang. Darah dipompa ke jantung dengan sangat kuat sehingga membuat orang berdebar-debar. Keringat keluar, dan mata memandang serasa lebih waspada. Tahapan kedua  adalah penolakan. Dalam fase ini, tubuh menggunakan berbagai cara untuk rileks kembali seperti semula. Tahapan ketiga adalah kelelahan. Fase ini efek dari upaya penolakan yang terjadi. Sehingga muncullah kerusakan fisiologis sehingga rentan terhadap penyakit, organ tubuh gampang menjadi cidera.

Ironis memang, disaat tubuh dipaksa untuk menjaga imunitas, fisiologis manusia terganggu dengan situasi yang mencekam karena corona. Hal ini yang kemudian memicu stres berlebihan sehingga imun orang terganggu bahkan beresiko terhadap paparan Covid 19.

Sebagai saran, penulis berharap, agar kita semua dapat menyikapi persoalan ini dengan bijaksana. Tentu akhir-akhir ini kita semua sudah terpapar informasi bagaimana cara mencegah bahkan memutuskan mata rantai virus covid-19, seperti cuci tangan pakai sabun sesering mungkin, menerapkan sosial distancing bahkan dianjurkan physical distancing, menjaga kebersihan lingkungan, berolahraga dirumah, dan makan makanan bergizi, serta anjuran-anjuran pemerintah lainnya.

Baca Juga :  FORKOMINDA Bangka Barat Lakukan Penyemprotan Disinfektan 

Dengan kata lain, penulis menyarankan agar masyarakat “STOP” bicara corona, dimanapun, bahkan di media maya. Informasi-informasi cukup dari pemerintah, karena itu satu bagian dari tugas pemerintah sembari mendesak pemerintah melakukan langkah-langkah preventif dan antisipasi lebih konkrit. Kita sebagai masyarakat jangan ikut-ikutan. Tugas kita hari ini adalah jalankan anjuran yang ada, tetap dibawa santai, jadikan momentum ini untuk mengkoreksi diri, agar lebih berperilaku bersih dan sehat, serta memperkuat kualitas ibadah kepada sang maha pencipta. Apa yang kita lakukan, tujuannya agar dapat menstabilkan faktor fisiologis dalam diri kita._

Saatnya kita bersama putuskan rantai penyebaran corona, lakukan pencegahan virus corona dengan disiplin, serta kelola stres dengan bijaksana. Mulailah dari diri sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat terdekat kita.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *